Realisme dan Pendidikan
Secara filosofis, pendidikan adalah
hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan
cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, filsafat dan
pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada
hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari
keadaan sebelumnya.
Antara aliran atau paham yang satu
dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti penyelesaian masalah yang
sederhana misalnya, kita bisa menggunakan logika klasik, untuk menggali
ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk
membantu pemahaman bisa menggunakan paham rasionalisme, dan untuk persoalan
yang kompleks kita dapat menggunakan teorinya idealisme (dialektika).
Realisme adalah aliran filsafat yang
memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan
penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah
real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu
kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan
pada ide atau jiwa.
Zat merupakan dasar segala benda,
yang disebut aristoteles asas potensial karena zat itu bisa menjadi apa saja.
Zat dan bentuk harus dipisahkan. Akan tetapi dalam dunia ini keduanya tidak
dapat dipisahkan. Menurtunya dunia bukanlah yang samar tetapi nyata dan kita
alami.
Realisme dalam konteks kehidupan
Adapun konsep dasar pada
aliran realisme ,Metafisika-realisme;
Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialisme);
kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari
berbagai kenyataan (pluralisme), Humanologi-realisme; Hakekat manusia
terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme
kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir, Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir
dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan
kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa
kesesuaiannya dengan fakta.
Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh
hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah
diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam
kehidupan.
Dunia ibartakan seperti mesin yang
tidak terjadi secara kebetulan, akan tetapi sengaja dibuat. manusialah yang
merupaka pengamatnya. Apabila pengamatannya berguna, bernilai dan bertujuan
maka dapat dikatakan sebagai ilmuan. Dan kerteraturan dapat dilihat, adanya
perubahan kimiawi dan dapat di ungkapkan dengan tegas maka dapat dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan telah dapat menyingkapkan suatu penemuan ilmu yang baru.
Dalam masalah manusia adanya hukum berlaku, dalm maslah etika adanya hukum
moral dan naturalism masih merupakan kandungan dari realisme
Lebih lanjut pandangan aliran realisme sebagai berikut :
a.
Objek (dunia) luar ini adalah nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak
tergantung dari macam jiwa apapun.
b. Benda
atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada
perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak dihadapan
munusia.
c.
Benda yang sesungguhnya baru dapat diketahui dengan cara-cara langsung atau
tidak langsung melalui penelitian.
d. Ide
mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang
sesungguhnya, bila ide tersebut merupakan pengetahuan yang tepat.
e.
Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu hasil
pertemuan antara jiwa dan benda.
Dalam realisme ada dua macam yang
berkembang yaitu New Realisme dan Realisme Kritik. New Realisme berpendapat
bahwa manusia dapat mengetahui sesuatu sabagaimana ia Nampak oleh indera-
indera, jadi pengalaman merupakan factor yang penting. Sedangkan Realisme
Kritik berpendapat bila suatu sesuatu itu dapat diketahui dengan cepat dan
betul sebagaimana adanya, mengapa masih dapat timbul kesimpangsiuran, ilusi
dari kenyataan. Untuk itu diajukan pendapat, bahwa untuk mengetahui kenyataan,
setidaknya di dunia ini ada dua entitas, yaitu benda-benda materil dan keadaan
jiwa atau ide. Cara kerja entitas ada tiga bagian meliputi :
·
Orang mengetahui
·
Objek yang menjadi sasaran untuk
diketahui
·
Data indera sebagai dasar
penyimpulan.
Dalam sumber lain disebutkan
bahwa realisme ada dua golongan utama, yaitu realism alam dan realism rasional.
Realisme alam menolak adanya dunia spiritual dan mengatakan bahwa keberadaan
dunia spiritual itu tidak dapat dibuktikan, sehingga hal itu secara filosofis
menjadi tidak penting.
Kaitan Pendidikan dengan Realisme
Menurut realisme kemampuan dasar
dalam proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh
pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya
yang membentuk manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam,
dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada
tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang
sama. Pembawaan dan
sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan
proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya,
di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang
paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus
beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada
pendidik bukan pada peserta didik.
Materi atau
bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada
minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi
pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan
terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai
tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Pandangan realita terhadap tugas
pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada
tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan
belajanya untuk mengahayati kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima
tanggung jawab yang wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum
realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama dari pendidikan.
Menurut Power (1982), implikasi
filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: (1)
a.
Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;.
b.
Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi
pentahuan umum dan pengetahuan praktis
c.
Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung.
Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon)
adalah metode pokok yang digunakan.
d.
Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
e.
Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar
dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
prinsip-prinsip yang dikembangkan
adalah sebagai berikut:
a. tujuan
program pendidikan PLS terfokus agar peserta didik dapat menyesuaikan diri
secara tepat dalam hidup. Disamping itu, peserta didik diharapkan dapat
melaksanakan tanggung jawab sosial dalam hidup bermasyaraka
b. kurikulum
komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian
diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsur-unsur
pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis
untuk kepentingan bekerja.
c. semua
kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung.
Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap dan berurutan. Pembiasaan (pengkondisian)
merupakan sebuah metode pokok yang dapat dipergunakan dengan baik untuk
mencapai tujuan pendidik
d. Dalam
hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan
pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek. Dalam
hubungannya dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting dalam belajar.
Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman.
Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat
kebaikkan. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan
teknik-teknik pendidikan dengan kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan yang
dibebankan kepadanya.
http://kopite-geografi.blogspot.com/2013/05/aliran-idealisme-dan-realisme-serta.html
Amri, amsal.
2009. Studi filsafat pendidikan. Banda aceh: yayasan pena
Mudyaharjo,
redja. 2006. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT. Raja grapindo persada.
Suhartono,
suparlan. 2005. Sejarah pemikiran dan filsafatmodern. Yogyakarta:
ar-ruzzi
Achmadi,
asmoro. 2003. Filsafat umum. Jakarta: PT. Raja grapindo persada
Komentar
Posting Komentar