Memahami Hukum-hukum Kehidupan
Siapa yang tidak kesal, ketika menyaksikan pengendara yang begitu
ceroboh di jalan raya, dan sama sekali tidak peduli pada peraturan lalu
lintas? Siapa yang tidak marah, ketika menyaksikan para penegak hukum di
Indonesia justru menjadi pelaku pelanggaran hukum, dan tidak ada
seorang pun yang berani menindaknya?
Padahal, banyak peraturan dibuat untuk menata hidup manusia, supaya
damai dan aman. Ketika peraturan tersebut dilanggar, yang menderita
bukan hanya si pelanggar, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
Kegagalan untuk mematuhi prinsip-prinsip hidup bersama berakar pada
ketidaktahuan, atau tiadanya perspektif. Ketika orang gagal menjalankan
prinsip-prinsip hidup bersama, maka konflik akan menjadi buahnya.
Pentingnya Perspektif
Pemahaman akan perspektif melibatkan tiga hal. Pertama, orang memahami hukum sebab akibat yang bekerja di dalam kenyataan.
Kehidupan di alam semesta ini bukanlah sesuatu yang acak dan tanpa
arah. Sebaliknya, alam semesta ini mengikuti hukum-hukum sebab akibat
yang jelas dan pasti.
Ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengungkap hal ini, sehingga
ia bisa melahirkan banyak teknologi yang berguna untuk kehidupan
manusia. Di dalam metode penelitian ilmiah, hubungan sebab akibat
dikenal juga sebagai hukum aksi-reaksi, dan hukum stimulus-respons.
Intinya, setiap tindakan pasti memiliki akibat. Inilah hukum pertama
kehidupan yang perlu dipahami dan dihayati, jika orang menghendaki hidup
yang damai.
Ia berlaku di berbagai bidang kehidupan, mulai dari kehidupan
pribadi, hubungan antar manusia, tata ekonomi, tata politik sampai
dengan gerak bintang-bintang di angkasa luas sana. Dengan kata lain, ia
bersifat universal.
Dua, orang juga perlu memahami keterkaitan segala sesuatu di alam semesta ini. Segalanya mempengaruhi segalanya.
Perubahan di satu tempat akan secara langsung membawa dampak pada
tempat-tempat lainnya. Jika didalami, orang akan sampai pada satu
kesadaran, bahwa semuanya adalah satu.
Tiga, orang juga memahami, bahwa segalanya berubah. Ini
sesuai dengan ajaran kuno dari Herakleitos, pemikir Yunani, bahwa
segalanya mengalir; orang tidak mungkin menginjakkan kaki di sungai yang
sama.
Jika orang sadar, bahwa segala sesuatu berubah, maka ia tidak akan
menggenggam apapun dengan erat di dalam hidup ini. Ia akan belajar
bersyukur, ketika sesuatu itu ada, dan bersikap rela, ketika sesuatu itu
pergi.
Tiga hal ini adalah hukum-hukum kehidupan yang mendasar. Untuk sampai
pada kebijaksanaan dan kebahagiaan, orang perlu untuk tidak hanya
memahaminya, tetapi juga menghayati serta menjalankannya di dalam hidup
sehari-hari.
Kebijaksanaan
Penghayatan dan pengamalan hukum-hukum kehidupan akan membuat kita
menjadi manusia yang bijaksana. Kita tidak akan menyakiti orang lain,
karena keberadaan orang lain selalu terkait dengan keberadaan kita.
Kita tidak akan melanggar peraturan-peraturan yang penting bagi hidup
bersama, karena kita sadar, pelanggaran atasnya akan membawa
penderitaan tidak hanya untuk kita, tetapi untuk orang lain. Kita tidak
akan melakukan korupsi, karena kita tahu, mencuri adalah tindakan yang
membawa dampak buruk yang amat besar bagi kehidupan bersama.
Semua ini dilakukan, bukan karena paksaan dari luar, karena itu
sifatnya amat sementara, melainkan dari dalam, yakni dari kesadaran dan
penghayatan akan hukum-hukum moral. Ini juga bisa disebut sebagai
moralitas yang bersifat ajeg (sustainable morality).
Ia tidak gampang patah, ketika godaan kenikmatan sesaat, harta dan
kuasa datang menghadang. Ia bahkan bisa melepas dirinya sendiri, ketika
keadaan mendesak, seperti misalnya hendak memenuhi kepentingan yang
lebih tinggi.
Hidup dengan perspektif yang tepat berarti hidup sejalan dengan
hukum-hukum kehidupan sebagaimana adanya. Inilah jalan hidup tertinggi.
Komentar
Posting Komentar