Naluri Seorang Wanita

Terkadang,
Kita manusia memang tidak bisa menghindari naluri kita untuk menjadi lebih baik dari orang lain.
Untuk bersaing.
Atau bahkan sebenarnya niat kita baik, menjatuhkan orang lain ke medan agar dia dapat belajar untuk bangkit kembali.

Tapi...

Bagaimana kalau ia malah semakin tenggelam dan tenggelam? Bagaimana kalau ia tidak mampu melawan ganasnya arus hidup yang sebenarnya tidak sepadan dengan kemampuannya? Bagaimana kalau sebenarnya ini kesalahanmu?

Depresi. Distorsi.

Dunia tidak pernah seadil itu untuk mengalah. Bahkan baja beton yang kuat pun dapat tersapu air.
Rasa ingin tahu bukan berarti ikut campur.
Bertanya bukan berarti mengganggu.
Menunjukkan bukan berarti mencari sensasi.
Be patient, be kind. Everywhere.
Apa yang ada dipikiranmu belum tentu ada dipikiran mereka.
Apa yang mereka rencanakan, belum tentu serupa dengan rencanamu.
Yang mereka rasakan pun, belum tentu pernah kau rasakan.
Memberi masukan boleh saja, perhatikan caranya. Kamu bisa hadapi, mereka belum tentu.
Mereka bukan kamu. Kamu bukan mereka.
Pertarungan batin yang berkecamuk bukan candaan. Rusak fisik tak membatasi semangat hidup, namun rusak psikis dapat menghancurkan semua.
Ibarat bom nuklir yang hanya menyerang satu titik namun ikut menghancurkan daerah di sekitarnya bahkan seluruh dunia.

Jika tidak bisa berperan serta membantu, beri saran.
Jika tidak bisa beri saran, jadilah pendengar yang baik.
Jika tidak bisa jadi pendengar yang baik, jadilah bahu untuknya mengurai air mata dan emosinya.
Jika tidak bisa, jangan perkeruh suasana hatinya, hibur dia.

Apa jadinya kalau pada akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan sisimu. Tidak terlihat lagi, tidak tertawa lagi, tidak memijak lagi, tidak berdoa untuk kebaikanmu lagi?
Dan melepaskan kelopak terakhir pada tangkai mawar yang berangsur layu?

"Orang yang menyebar seribu senyuman, seribu kebahagiaan, dan seribu canda tawa,



menyimpan seribu kali lipat sembilu dan bilur di dalam hatinya."

Komentar

Postingan Populer