PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP MORAL PELAJAR



Arus globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama Indonesia, telah memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik.
Dampak negatif dari arus globalisasi yang terlihat miris adalah perubahan yang cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat moral. Dapat di contohkan mulai dari hal kecil seperti anak-anak sekolah yang membolos pada jam pelajaran, sampai dengan korupsi. moral merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan untuk menentukan baik buruknya sikap atau pun perbuatan yang kita lakukan.
Pelajar pada era globalisasi sekarang ini seperti kehilangan arah dan tujuan. Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan corak hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). Baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang memperhatikan moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga secara langsung para pembaca dan pemirsa dapat terpengaruh moral dan tingkah lakunya. Terutama bila para pembaca dan pemirsa tersebut adalah remaja (pelajar) yang belum memilki bekal pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi ini. Namun, dari segi kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.
Jika dilihat dari segi sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sistem pendidikan kita selama ini masih lebih menitikberatkan pada penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah-olah dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang miskin tata krama, sopan santun, dan etika moral.
            Sedikit melihat kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, Indonesia sudah dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan berbudi. Karena hal itu lah banyak orang-orang asing kagum dan tertarik untuk berkunjung ke negara kita. Melihat kehidupan masyarakat pedesaan yang penuh ketenangan dan kedamaian menjadi cermin perilaku masyarkat Indonesia. Praktek tolong-menolong atau gotong-royong masih melekat kuat dalam diri dan kebiasaan masyarakat desa.
            Namun yang terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih tertarik akan adat kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itulah, timbul pergaulan bebas di kalangan remaja (pelajar) dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku generasi muda. Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan semakin terpuruk dan memiliki masa depan yang suram.
Berikut ada beberapa fakta mengenai menurunnya etika dan moral pelajar/ mahasiswa yang di dapat dari berbagai masyarakat:
1.      15-20 persen dari remaja di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah
2.      15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya
3.      Hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun
Sumber: Warta warga Universitas Gunadarma Jakarta
            Dari beberapa fenomena yang telah dipaparkan di atas, jelas bahwa kondisi pelajar di Indonesia saat ini terlihat bahwa semakin bobroknya etika, moral, dan akhlak bangsa Indonesia.
Selain itu, dapat pula kita ketahui bahwa terdapat beberapa faktor dari adanya globalisasi, antara lain adalah:
  1. Masuknya pola pergaulan budaya asing atau budaya barat, seperti anak-anak sekolah yang bermain sampai malam (misalnya ke café) tanpa sepengetahuan orang tuanya.
  2. Perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti pelajar. Padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi
  3. Cara berpakaian anak muda dalam hal ini atau pelajar yang sekarang tidak lagi menjunjung tinggi nilai kesopanan, kebanyakan mereka berpakaian secara minim dan ketat. Dapat dicontohkan saja seragam sekolah yang mereka pakai ketika di sekolah. Pakaian seragam yang harusnya formal, kadang dibuat “neko-neko”, seperti baju yang dibuat ketat, dan rok yang dibuat lebih pendek.
Dari faktor diatas dapat menyebabkan kebudayaan yang ada di Indonesia semakin luntur, dan nilai-nilai Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup generasi muda Indonesia.
Krisis moral terjadi juga karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai semboyan belaka.
Kebiasaan anak jaman sekarang yang biasa kita lihat adalah terjadinya tawuran antar sekolah, konflik antar anak sekolah yang mengakibatkan perkelahian dan pembunuhan, kenakalan remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang dianggap tidak sopan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya, juga banyak siswa sekolah (pelajar) yang menjadi korban narkoba. Tidak hanya itu, tayangan-tayangan di televisi sekarang ini banyak yang tidak mendidik. Contohnya sinetron, kebanyakan sinetron ditonton oleh para pelajar (remaja). Sinetron menyuguhkan cerita yang berbau percintaan, pertengkaran, penganiayaan, pergaulan bebas, mode trend gaul masa kini dan lain-lain. Dan parahnya hal tersebut ditiru oleh para remaja atau pelajar, seperti memakai rok diatas lutut ke sekolah, pakaian yang ketat, merokok, dan lainnya. Budaya kebaratan semakin membawa dampak buruk bagi para remaja khususnya pelajar, dimana akibatnya adalah mereka menjadi bersikap acuh tak acuh dengan perkembangan bangsa ini.
Kebanyakan dari masyarakat Indonesia mempercayakan pendidikan sebagai salah satu lembaga yang mampu mencetak manusia atau generasi muda yang bermoral, beretika, dan berakhlak. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah mengapa pada saat ini banyak orang terutama para pelajar yang tidak memiliki moral. Maka terlihat bahwa bangsa ini semakin terjangkiti virus globalisasi yang membawa dampak buruk bagi moral masyarakat Indonesia,
Dapat kita ketahui bahwa para pelajar memiliki potensi yang besar, tantangan dan juga tanggung jawab di jamannya. Tantangan tersebut adalah menjaga generasinya tetap baik dan lebih baik dari yang dulu. Pelajar sebagai agent of change dituntut untuk mengambil peran didalam tantangan yang berupa perubahan sosial. Maka dari itu diperlukan strategi penanaman nilai etika, moral, dan akhlak di kalangan pelajar.
Yang paling penting adalah penanaman nilai-nilai agama. Penanaman nilai agama sangatlah penting pada tiap masing-masing individu. Karena yang terlihat pada saat ini salah satu faktor buruknya moral generasi muda adalah longgarnya pegangan terhadap agama. Selain hal diatas, penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan orang tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak. Melalui pengajaran akhlak seperti  dididik dan diberikan pengertian tentang perbuatan baik dan buruk, menanamkan nilai-nilai keagamaan,  dan tata krama. Selain lingkungan keluarga, terdapat pula lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah, peran guru harus aktif dalam memberikan penanaman etika, moral, dan akhlak kepada peserta didikSehingga tidak hanya aspek kognitif saja yang di dapat siswa tetapi aspek afektif dan psikomotorik juga. Dengan begitu mereka dapat menanamkan dan menerapkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain lingkungan keluarga dan sekolah yang juga menanamkan etika, moral, dan akhlak ada pula lingkungan masyarakat. Anak akan tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat. Ada 5 pranata sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat, salah satunya yaitu pranata moral dan etika. Pranata moral dan etika bertugas untuk mengurusi dan penyikapan nilai seseorang dalam pergaulan masyarakat. Dengan demikian peranan masyarakat dalam penanaman etika, moral, dan akhlak pada diri seseorang sangat berpengaruh.
Yang terakhir adalah peran pemerintah. Pemerintah harus tanggap dan sigap terhadap permasalahan moral para generasi muda yang semakin menurun. Melalui Kementerian Pendidikan Nasional, pemerintah harus mengkaji dan menelaah serta memberikan kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan moralitas generasi muda.
Karena pribadi yang terdidik secara moral adalah pribadi-pribadi yang telah belajar dan siap untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, sekaligus sadar dan bangga akan segala nilai dan tindakan-tindakannya (Cheppy Haricahyono, 1995:360)

Komentar

Postingan Populer