Bagaimana Cara Menghadapi Kurikulum 2013 dalam Era Globalisasi?


Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya hanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Perubahan kurikulum didunia pendidikan indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kurikulum 1947

Kurikulum pertama di masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutan lebih populer menggunakan Leer Plan (Rencana Pelajaran) ketimbang istilah Curriculum dalam bahasa inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Rencana Pelajaran 1947 ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan masyarakat daripada  pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatiaan terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.  Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

  1. Kurikulum 1952

Pada tahun 1952 ini di beri nama Rentjana Pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah  pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi yaitu moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

  1. Kurikulum 1964

Kali ini beri nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi yaitu moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

  1. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

  1. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran di rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Zaman ini di kenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Pada kurikulum kegiatan ini juga menekankan pada pentingnya pelajaran matematika sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

  1. Kurikulum 1984 (kurikulum CBSA)

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Aktive Learning (SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan interaksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang petama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

  1. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Tujuan pengajaran lebih menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
  1. Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak dari proses pendidikan serta keberagaman individu dalam menguasai semua kopetensi.

  1. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi sekolah berada. Hal ini dapat disebabkan Kerangka Dasar (KD), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan sepervisi pemerintah Kabupatena/kota.

  1. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.
Perubahan kurikulum sampai kurikulum 2013 dilakukan melalui empat tahap. Pertama Kemendikbud mengembangkan kurikulum dengan melibatkan para pakar pendidikan, kebudayaan, sampai ilmuwan. Kedua, presentasi di depan Wakil Presiden RI Boediono pada 13 November 2012. Ketiga, uji publik selama tiga minggu untuk menghimpun berbagai masukan masyarakat. Keempat, memformulasi ulang masukan masyarakat.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaik yang dikembangkan oleh pemerintah dan merupakan kurikulum hasil koreksi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum yang dikembangkan berbasis penguatan penalaran, bukan hafalan semata. Kurikulum pendidikan di Indonesia dipandang perlu disesuaikan dengan tuntutan zaman terutama pada era globalisasi.
.
Dalam hal ini pendidikan khususnya di Indonesia  juga tidak lepas dari dampak globalisasi, dimana pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini memicu tantangan baru bagi pendidikan Indonesia untuk menghadapi peluang masuknya  lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari negara luar. Untuk mengghadapi hal ini tentunya Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan, baik dalam hal perbaikan fasilitas, manajemen maupun sumber daya manusia bangsa Indonesia itu sendiri sehingga pendidikan Indonesia mampu bersaing dan tidak tertinggal dengan negara lain. Masuknya berbagai pengaruh globalisasi terutama menyangkut pendidikan harus ditelaah lebih mendalam, sejauh mana globalisasi mampu mengarahkan perkembangan pendidikan di Indonesia, apakah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Begitupun dengan kurikulum yang diterapkan di Indonesia.
Sepanjang sejarah pendidikan dimanapun didunia ini, kurikulum merupakan satu komponen yang wajib ada karena di dalam sebuah proses pendidikan kurikulum merupakan kompas untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pendidikan itu sendiri. Sebagai kompas maka kurikulum harus menunjukkan arah yang sejelas-jelasnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab itu agar kurikulum dapat memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan pendidikan maka sepanjang masa kurikulum harus mengalami perbaikan dan penyempurnaan sebab dalam setiap masa itu proses pendidikan memiliki situasi dan kondisi yang berbeda sehingga tuntutan pendidikan juga mengalami perbedaan juga.

            Di Indonesia kurikulum sudah beberapa kali mengalami perbaikan dan penyempurnaan dengan tujuan agar proses pendidikan dapat menjawab tantangan zaman yang dihadapi oleh peserta didik. Tantangan itu berbeda-beda jenisnya. Ada tantangan dalam bentuk fisik misalnya persaingan intelegensi ataupun persaingan keterampilan dan ada juga tantangan dalam bentuk non fisik yaitu tantangan dalam hal mental dan moral.

            Dalam hal ini perkembangan kognitif siswa sangat diperlukan dan terlebih perkembangan psikomotoriknya, karena dalam perkembangan zaman atau sejalan dengan era globalisasi banyak sekali hal atau tantangan yang harus dihadapi. Sebagai calon guru yang professional maka haruslah memiliki strategi yang tepat dan juga bisa menjawab bagaimana perkembangan zaman terutama dalam hal menyiapkan generasi muda yang siap dalam segala hal .

Berikut beberapa cara bagi calon guru untuk menghadapi kurikulum 2013  yang menjadi acuan untuk menyiapkan siswa agar bisa menghadapi era globalisasi

1. Persiapkan mental
Mental sangat diperlukan ketika kita hendak mulai mengajar karena apapun yang sudah kita persiapkan akan hancur ketika dalam penyampaiannya gugup. Tanamkanlah dalam hati rasa percaya diri yang tinggi ketika berada dalam kelas.

2. Penuhi harapan anak didik/siswa
Siswa akan berharap banyak kepada guru, karena bagi mereka guru itu sumber ilmu. Apapun yang mereka belum ketahui pasti ditanyakan kepada guru.

3. Jadilah orang tua
Menjadi orang tua kedua bagi siswa adalah salah satu tugas seorang guru serta harus siap menghadapi kemanjaan dan kenakalan mereka, seperti menghadapi anak kandung sendiri.

4. Buatlah peraturan dalam kelas
Peraturan dibuat sebagai batasan atau rambu-rambu yang harus dipatuhi semua siswa. Sebaiknya peraturan dibuat berdasarkan musyawarah bersama antara guru dan siswa agar tidak terjadi kesalahpahaman.

5. Buatlah sanksi indisipliner
Sanksi yang diberlakukan bagi pelanggar peraturanpun harus telah didiskusikan dan disepakati sebelumnya antara guru dan anak didik. Jadi ketika mereka melakukan indisipliner sudah tahu sanksi yang akan mereka terima.

6. Hindari sikap tegang, selingi humor
Humor merupakan cara paling efektif bagi seorang guru untuk mencairkan suasana yang tegang ketika proses belajar mengajar berlangsung. Humor mampu menetralisir situasi.

7. Berkomunikasilah dengan semua
Berkomunikasi dengan anak didik itu sangat penting karena dari sinilah seorang guru dapat mengetahui karakter mereka. Dengan orang tua siswa juga perlu adanya komunikasi dua arah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga harus mampu berkomunikasi dengan guru lainnya dan semua pihak sekolah.

8.Guru adalah pekerjaan mulia
Tanamkan rasa ikhlas dalam menyampaikan ilmu kepada anak didik serta yakinkan dalam diri bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah mulia. Karena dari tangan gurulah generasi penerus bangsa akan tercipta. Baik buruknya mereka kitalah yang tentukan sebagai seorang guru.
Menjadi guru adalah sebuah kemuliaan, karena surat yang pertama kali turun dalam Al-Quran memerintahkan kepada umat manusia agar dapat membaca. Dan seorang siswa tidak akan mampu membaca tanpa ada yang mengajarkannya. Dan di sinilah peran guru sangat diperlukan untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas, baik cerdas secara kognitif maupun secara afektifnya.

Dari cara diatas  maka dapat diambil kesimpulan bahwa agar kurikulum dapat mengantisipasi globalisasi yang sedang berkembang maka kurikulum harus dapat di implementasikan dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu agar kurikulum dapat diimplementasikan didalam proses pembelajaran maka diperlukan peran berbagai pihak baik pihak pemerintah sebagai pengelola pendidikan dan pengambil kebijakan maupun apresiasi pihak masyarakat.

Adapun peran pemerintah sebagai pengelola pendidikan dan pengambil kebijakan di dalam penyelenggaraan kurikulum agar kurikulum dapat di implementasikan di dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
  1. Memfasilitasi dan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
  2. Memfasilitasi peningkatan sumber daya manusia khususnya tenaga pendidik melalui berbagai jenis kegiatan seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Work Shop, Sosialisasi dan kegiatan yang sejenisnya
  3. Memfasilitasi peserta didik dalam hal pemberian beasiswa baik beasiswa siswa berprestasi maupun beasiswa bagi peserta didik yang kurang mampu sehingga peserta didik lebih memiliki motivasi belajar yang tinggi.
  4. Membuat edaran kepada pers dan dunia hiburan agar tidak menampilkan tayangan-tayangan dan informasi yang bersifat negatif dan dapat memancing anak untuk berperilaku negatif
  5. Memberikan sanksi dan hukuman kepada pers dan dunia hiburan yang berani melanggar edaran tersebut.
Adapun peran masyarakat sebagai pengelola pendidikan di dalam penyelenggaraan kurikulum agar kurikulum dapat diimplementasikan di dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
  1. Mendukung setiap kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan dengan cara ikut berpartisipasi sesuai dengan kemampuan seperti membantu sarana dan prasarana sekolah secara swadaya.
  2. Ikut memantau aktifitas anak terutama di lingkungan keluarga seperti memantau tayangan-tayangan di televisi maupun di internet.
  3. Senantiasa mengingatkan anak untuk menghindari perilaku-perilaku negatif dan menjelaskan akibat-akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku tersebut baik secara agama maupun secara kehidupan di masyarakat.

Komentar

Postingan Populer